Tema : Pentingnya Pendidikan
Demokrasi bagi Pemuda
Assalamualaikum wr wb
Puji dan syukur mari kita panjatkan pada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tempat yang insya
Allah diberkahi ini, aamiin. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan pada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga
akhir jaman.
Hadirin
yang saya hormati,
Demokrasi
sangat menjunjung tinggi etika dan hukum serta kedewasaan bersikap dalam
mengelola kebebasan.
Dalam
dunia politik, rakyat dapat secara langsung memilih pemimpinnya, yakni
presiden, gubernur, dan bupati/wali kota. Rakyat dapat menyampaikan aspirasinya
dengan berbagai cara, baik melalui pers maupun unjuk rasa di depan umum.
Dalam
dunia sosial budaya, maka rakyat dapat mengembangkan potensi seni budaya
dirinya dan etnisnya masing-masing tanpa rasa takut dan rendah diri.
Dalam dunia ekonomi, rakyat dapat mengembangkan usaha apa saja sepanjang halal
dan dapat membawa kesejahteraan bagi dirinya dan masyarakat banyak. Sayangnya
kebebasan dan kesetaraan dalam semua aspek kehidupan tersebut masih
dirasakan sebagai formalitas, prosedural, dan retorika.
Rakyat
secara individu maupun kelompok terkadang masih bersikap dan berperilaku yang
belum atau tidak sejalan dengan budaya demokrasi. Sikap dan perilaku saling menghargai,
menghormati, menjunjung etika dan ketaatan terhadap hukum belum menyatu sebagai
aliran kehidupan dalam diri kita.
Fakta
menunjukan masih banyak yang melakukan unjuk rasa atau demonstrasi dalam
menyampaikan pendapat di muka umum dengan cara-cara yang bertentangan dengan
nilai budaya demokrasi. Seperti, demonstrasi atau unjuk rasa yang mengganggu
lalu lintas atau ketertiban umum, merusak, membakar dan tindakan anarkistik
lainnya. Fakta lain, di era peradaban seperti ini masih saja ada perilaku
masyarakat yang suka berkelahi. Perkelahian antarpelajar dan sesama mahasiswa
masih marak terjadi di sejumlah kota besar.
Partai
politik sebagai tiang demokrasi belum juga mampu membangun budaya demokrasi.
Politisi dan parpol yang mestinya mempelopori berbudaya demokrasi justru masih
ada yang menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan rakyat untuk
kepentingan diri dan kelompok. Politisi masih dengan enaknya sendiri menerima
gratifikasi, suap, mark up anggaran dan kolusi yang itu semua merusak budaya
demokrasi karena rakyat disakiti, uang rakyat dirampok, rakyat dikibuli, dan
amanah rakyat dikhianati. Korupsi bukan sekadar berkaitan dengan moralitas,
melainkan juga kekuasaan dan kewenangan. Orang yang memegang kekuasaan ada
kecenderungan untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan (korupsi). Jika
kekuasaan tidak dibatasi dan tidak diawasi, maka dipastikan kekuasaan akan
disalahgunakan/korupsi.
Karena
itu, budaya demokrasi adalah membatasi kekuasaan dan harus ada mekanisme
kontrol terhadap kekuasaan.
Hadirin
sekalian,
Demokrasi
memang mempunyai kelemahan. Kelemahan demokrasi, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Giuseppe Di Palma dalam bukunya To Craft Democracies (1990),
terletak kepada kekuatannya, the weakness of democracy is its strength.
Kekuatan demokrasi adalah menempatkan kebebasan dan kesataraan individu. Namun,
seringkali manusia sebagai individu tidak menyadari bahwa ketika semua
mengekspresikan kebebasan, maka yang bakal terjadi adalah justru konflik.
Dengan demikian, demokrasi hakekatnya adalah kompromi, kebebasan harus diatur
dengan hukum.
Peran
pemuda agar budaya demokrasi menjadi darah daging rakyat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka mau tidak mau
budaya tersebut harus terus menerus tiada henti disosialisasikan kepada
masyarakat. Salah satu subjek dan objek membudayakan demokrasi adalah melalui
pemuda. Dalam UU No 40/2009 tentang Kepemudaan, yang dimaksud pemuda adalah
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan
yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.
Pemuda
sebenarnya mempunyai peran yang penting dalam perbaikan budaya demokrasi,
karena pemudalah yang menjadi penerus bangsa yang paling potensial. Namun,
bagaimana dengan pemuda Indonesia? Sebagian mereka sekarang ini menjadi budak
zaman karena selalu mengikuti perkembangan zaman. Mereka lebih menyukai budaya
barat dan terkesan tidak terlalu memperdulikan bangsa ini.
Pemuda
sekarang juga tidak jarang mencemooh bangsa ini dan mengkritisi bangsa
Indonesia. Namun, pemuda yang demikian tidak melakukan tindakan yang bisa
memperbaiki bangsa Indonesia menuju “Indonesia yang Lebih Baik”. Lalu bagaimana
peran pemuda sebagai Agent of Change (agen perubahan)? Pemuda
bangsa turut andil dalam persoalan besar di negara ini, karena nasib suatu
bangsa tergantung para pemudanya tergantung generasi muda akan membawa kemana
bangsa ini.
Sejarah
telah membuktikan dan dicatat dalam tinta emas bahwa gerakan perubahan sosial
dan politik di Indonesia dan juga di berbagai negara pada umumnya dipelopori,
digerakkan, dan disemangati oleh para pemuda. Setiap zaman mempunyai tantangan
yang berbeda. Pemuda semasa penjajahan tantangannya adalah untuk dapat bebas
atau merdeka dari penjajahan. Untuk itu, lebih dulu pemuda harus bersatu padu,
kompak, dan menggalang persatuan dan kesatuan pemuda melalui Kongres Pemuda
yang melahirkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Setelah
merdeka, tantangan pemuda antara lain melawan kezaliman kekuasaan, kediktaktoran,
dan ketidakadilan para pemimpin bangsa. Muncullah gerakan pemuda dan
mahasiswa tahun 1966, tahun 1978, dan tahun 1998. Setelah perjuangan pemuda
dapat menumbangkan otoritarian kekuasaan, maka buah manis yang dipetik adalah
demokrasi.
Melalui
pemuda dapat ditanamkan budaya demokrasi yang benar. Kita harus mulai belajar menjadi
pelaku, pemain demokrasi yang menjunjung etika dan taat hukum. Pemuda harus
bisa dijadikan contoh untuk dirinya sendiri ketika para pemimpin sudah tidak
dapat dijadikan teladan.
Dalam
era demokrasi ini pemuda mempunyai musuh dan lawan yang tersamar atau abu-abu.
Sehingga perlu ada konsep yang jelas dalam melakukan perlawanan. Korupsi dan
politik uang dengan segala bentuk, pelanggaran etika politik dengan segala
model merupakan musuh yang harus dilawan oleh pemuda karena merupakan virus
yang bakal merusak tatanan demokrasi.
Hadirin
yang saya banggakan,
Sudah
bukan jamannya lagi melawan kekuasaan dan kezaliman pemimpin yang menodai
demokrasi hanya dengan teriak-teriak di jalanan. Bukan modelnya lagi pemuda
unjuk rasa dengan merusak. Demokrasi tidak mengenal merusak dan mengganggu
ketertiban. Pemuda di era demokrasi harus mengedepankan
dialog dan akal sehat. Pemuda harus berani membangun budaya baru mengenai
demokrasi dengan perilaku yang mengedepankan kecerdasan intelektual, emosional,
dan spiritual atau moralitas ketimbang kekuatan massa dan otot.
Kemajuan
teknologi informasi harus dapat dikuasai dan dimanfaatkan semaksimal mungkin
oleh pemuda untuk membangun budaya demokrasi. Dengan demikian, membentuk
kelompok-kelompok diskusi, membahas persoalan aktual di kalangan pelajar dan
mahasiswa sebagai bagian dari pemuda merupakan perilaku yang terpuji dan terus
didorong agar dapat berkembang untuk membentuk perilaku siap berdialog
bukan siap bentrok. Untuk itu, peran Kemenpora, Dispora sebenarnya sangat
strategis dalam upaya membudayakan demokrasi melalui pemuda dengan
berbagai kegiatan kepemudaan. Namun sayang, belum tampak menonjol kegiatannya.
Hidup itu
bersifat sementara, tidak mungkin golongan tua akan memimpin negeri ini
selamanya sehingga mereka perlu mewariskan pengetahuan politik dan demokrasi
mereka pada generasi berikutnya.
Pemuda
Indonesia harus bangkit untuk membangun budaya demokrasi. Melalui tangan dan
gerak pemuda, budaya baru berdemokrasi akan tumbuh.
Sekian
materi yang dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatian hadirin sekalian.
Wassalamualaikum
wr wb
Nb : Teks pidato bertemakan “Pentingnya
Pendidikan Demokrasi bagi Pemuda” ini berisi kumpulan materi yang didapatkan
dari artikel mengenai demokrasi dan pemuda –tidak saya tulis sendiri, admin
hanya menyusun dan mengedit, ini hanya untuk membantu rekan-rekan yang
membutuhkan contoh teks pidato mengenai tema terkait. Salah satu sumber adalah
materi dari Bapak Joko Siswanto, dosen FISIP UNSRI
Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar