Ia terbangun dengan air mata.
Ah, pasti mimpi buruk lagi
Mimpi telah usai saat ia tak lagi terpejam, tapi perasaan sakit itu
belum reda.
Sial
Ia melihat keluar jendela, mendung, dan ia tersenyum. Setidaknya langit
abu-abu yang disukainya menemani. Sayang, sakit yang mulai berkawan dengannya
kembali datang.
Tidak, aku tak boleh menangis. Tegasnya.
Tapi matanya berkhianat dan pipinya mulai basah.
Kenapa?
Ia terdiam. Kemudian terduduk.
Kenapa?
Tangis itu berubah menjadi rintihan.
Ia terisak. Tubuhnya tumbang, dan
Ia semakin terisak.
Sakit,
sakit
Kini tangan yang mengkhianatinya, ia
Menyakiti diri sendiri, hilang akal.
Tolong
Tak lagi ia berharap seseorang datang menghampiri, tapi, satu persatu
wajah berputar di pandangannya.
Oh, aku tak sendiri.
Sesaat akal sehatnya kembali, ia terisak, tapi ditengah rintihannya ia
menyebut nama Tuhan.
Ia bersujud, ia memohon.
Tolong
Hingga akhirnya kembali terdiam.
Air matanya enggan berhenti, namun ia tak peduli,
Aku tak boleh kalah
Lucu sekali melihatnya, ia menyapu sambil menangis, ia menulis sambil
menangis, ia melipat baju sambil menangis.
Biasa saja, bersikaplah biasa saja
Tak lama, datang seseorang memanggil namanya.
Bukan waktu yang tepat, ia
terdiam
Tapi namanya masih terdengar.
Ia memutuskan untuk datang dan mendapati tangannya membawa sebuah
hadiah.
Terima kasih?
Ia terduduk dan melihat catatan di atas kertas kecil berwarna kuning.
“Fighting! Selamat menjalankan kehidupan, jangan
mengeluh, Allah will always be there.”
Air mata yang sedari tadi tertahan, telah kembali.
Namun ia tak berniat menahannya lagi.
Bagaimana bisa?
Tanyanya, dan Tuhan yang menjawabnya.
Seorang teman menuliskanya, namun Tuhan yang menuntunnya.
Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar