Gambar dari Student Telkom University
Kenapa pada saat ujian, kita pasti
pernah merasa jawaban yang ditulis sudah sempurna bahkan mungkin mirip dengan
kunci jawaban, saking PD nya. Tapi ketika nilai diumumkan, kita sering
mengalami hal yang akhirnya membuat kita bergumam “Nilai bukanlah segalanya. Nilai
hanyalah angka. Keep calm, stay cool,
it’s already tomorrow in couple hours”, sambil senyum sok tabah dan kepo menanyakan
nilai orang lain, berharap ada kawan seperjuangan.
Maka, kita harus membenahi presepsi
kita terhadap kata pintar. Pintar bukan hanya memiliki nilai yang tinggi, cakap
berbicara, dan lain sebagainya. Pintar artinya kita menguasai suatu hal, apapun
itu. Bahkan pencopet pun bisa kita bilang pintar, bukan? Ya, mereka pintar
mengelabui mangsa dan menguasai jurus kecepatan tangan ala ninja konoha. Wih.
Nah, antara akademis dan organisasi,
dimana kita bisa menjadi lebih “pintar”?
MEMILIH
AKTIF DI ORGANISASI DEMI MENUTUPI KURANGNYA NILAI
Apalagi untuk mahasiswa yang salah
jurusan. Mendalami mata kuliah yang sebenarnya tidak kita senangi itu adalah
cobaan yang berat, kawan.
“Duh
aku benar-benar gak suka sama semua mata kuliahnya, lebih baik aku tutupi
kekurangan ini dengan aktif organisasi.”
Pernyataan tersebut harus dikoreksi secuil. Memang tidak bisa
dipaksakan, tapi dengan kita memprioritaskan diri di organisasi lantas akademis
diabaikan, bukan ditutupi namanya, tetapi kita menggali kekurangan itu jadi lebih dalam. Karena waktu akan habis
untuk organisasi dan kita semakin tertinggal di akademis.
Biasanya porsi mahasiswa semacam ini
adalah 10 : 90, nilai berbanding organisasi. Ditulis angka 10 di perbandingan
nilai pun demi menghargai usaha kita yang
masih ingin hadir dan mendengarkan ceramah dosen, sekaligus usaha mengerjakan
tugas yang dilakukan pas deadline.
Lalu
harus bagaimana?
Kita ganti kalimatnya menjadi “Aku benar-benar harus belajar lebih keras
dibanding teman-teman, dan juga, aku harus melengkapi kekurangan ini dengan
aktif di organisasi.”
Bagaimana pun juga, nilai akan menjadi
tiket untuk memasuki dunia kerja,
atau setidaknya akan menjadi gambaran
bagi orang lain untuk melihat kemampuan kita dalam bidang tersebut. Suka tidak
suka, kita tetap harus mempelajari mata kuliah yang sudah ditentukan. Seperti
kata Imam Syafi’i :
“Jika
kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan
perihnya kebodohan.”
Targetkan saja nilai minimal yang biasa digunakan dalam seleksi kerja. Misalnya,
banyak perusahaan yang mensyaratkan fresh
graduate dengan ipk minimal 3, ya sudah tidak usah memaksakan diri untuk
bisa mencapai lebih dari angka 3. Karena,
nilai minimal ini adalah hasil kerja maksimal kita, harus bangga!
Lalu, untuk melengkapi kekurangan
tersebut, coba lah aktif di organisasi. Jika memungkinkan, kita bisa memilih beberapa organisasi, lalu memaksimalkan
perkembangan soft skill disana.
Di organisasi kita akan dilatih untuk
bisa berkomunikasi dengan baik, memecahkan masalah dalam suatu kondisi, dan
mengembangkan kreatifitas. Itu semua termasuk hal-hal yang menunjang pencapaian
menjadi THE FULL PACKAGE VERSION OF US.
Kalau kita ada di tingkat minimal untuk nilai, maka kita harus ada di tingkat
maksimal untuk soft skill ini.
Perbandingan yang disarankan adalah 40
: 60. Ditambah 30 poin untuk nilai dengan penambahan usaha mengikuti kegiatan
belajar bersama, demi nilai UAS yang lebih baik. Atau pun keinginan lebih aktif
bertanya di kelas.
Dan juga, dalam 40% waktu tersebut,
semuanya harus dimanfaatkan dengan efektif dan sungguh-sungguh. Terkadang
metode ini akan lebih terasa daripada berlama-lama belajar tapi tidak
konsentrasi.
MEMILIKI
KEMAMPUAN AKADEMIS LEBIH BAIK DARI BERORGANISASI
Untuk tipe mahasiswa seperti ini, bukan
berarti kita harus 100% di akademis dengan dalih menutup kekurangan karena
tidak bisa berorganisasi. Tapi lagi-lagi, seimbangkan.
Tidak usah menjadi aktivis yang ada di
jajaran petinggi alias pejabat, cukup targetkan saja ikut berorganisasi sampai
kita mampu menyuarakan gagasan depan orang banyak dengan lancar. Cukup memiliki
banyak kenalan dan bergaul dengan sedikit-banyak orang.
Selain akan menambah wawasan, itu juga
akan meningkatkan skill kita dalam
bersosial. Walaupun memiliki kemampuan komunikasi yang rata-rata, tapi didukung
dengan pengetahuan tinggi dan wawasan yang luas akan meningkatkan percaya diri kita
untuk bisa berbicara di depan orang banyak.
Kita bisa memilih perbandingan nilai
dan organisasi di 60 : 40. Semoga dengan angka 60% saja, nilai kita masih bisa
mencapai maksimal dan kemampuan berorganisasi juga meningkat.
MEMILIKI
KEMAMPUAN RATA-RATA DI AKADEMIS DAN ORGANISASI
Nah, tipe seperti ini baru bisa
menerapkan porsi fifty-fifty. Tapi,
memanage waktu dan menyeimbangkan
kedua hal ini bukanlah soal yang gampang. Daripada mencari banyak tips “cara
membagi waktu dengan baik” tapi tidak direalisasikan, lebih baik kita persiapkan di awal sebelum masuk ke
dunia mahasiswa yang “sok sibuk” itu.
Persiapan yang dimaksud adalah kita
pilih satu organisasi seperti himpunan mahasiswa, organisasi daerah atau unit
kegiatan mahasiswa yang mendalami hal yang kita sukai. Hindari memilih terlalu banyak, karena itu akan membuat kita sulit
untuk fokus. Selain itu, kontribusi di setiap organisasi tidak akan maksimal.
Kalau kita mampu bekerja dengan baik,
bertanggung jawab, dapat diandalkan dan jujur, maka yakinlah kita akan mendapatkan
banyak pengalaman karena teman-teman dapat mempercayakanmu untuk menyelesaikan
beberapa tugas. Bahkan, bisa saja kamu akan dipercaya menjadi pemimpin.
Di bidang akademis pun kita harus
mengikutinya dengan tepat. Ketika di dalam ruang kelas dan sedang dalam waktu
pembelajaran, tidak usah memikirkan tugas di organisasi yang belum selesai,
sama sekali. Apalagi, mengerjakan. Hal tersebut adalah kesalahan yang umum dilakukan oleh mahasiswa yang aktif organisasi,
padahal cukup konsentrasi saja pada dosen yang bikin ngantuk itu, setelah waktunya habis baru lanjutkan kembali
tugasnya.
Gimana? Udah bisa membayangkan
kehidupan kuliahmu bagaimana? Lebih banyak membaca buku politik, ataupun jurnal
penelitian terbaru tidak ada yang salah. We
can be perfect in our own way.
Let’s try to be the good full package
version of us.
Coming
soon, cerita ala-ala
dari aktivis himpunan, asisten dosen, juga dari para mahasiswi peraih IP 4.
0 komentar:
Posting Komentar