Sabtu, 02 November 2019

Rebahan di Hari setelah Drama Tingkat Akhir Tamat


Hari ulang tahun bukan waktu untuk merayakan, tetapi waktu untuk rebahan.

Awal-awal masa SMA, saya membuat karya kecil, graffiti amatir, buat temen SMP yang ulang tahun bulan September kalau tidak salah. Naasnya, hadiah itu disalahpahami.


Jadi gini, karena proses bikinnya yang emang lama, graffiti itu selesai dibuat bulan Oktober, bulan kelahiranku. Teman-teman di kelas mengira hadiah itu buat saya sendiri dan mulai ikut menulis ucapan dan tanda tangan di atas kertas graffiti. Saya lupa kenapa enggak bilang saja, “Hentikan, Ferguso. Itu bukan buatku, tapi buat temanku”, tetapi mungkin karena terbawa suasana atau bagaimana akhirnya saya enggak bilang apa-apa kecuali “haha makasih”, mungkin. Yang saya ingat adalah waktu mereka memberikan ucapan di atas hadiah yang disalahpahami itu, saya hanya senang. Jadi, ya sudah lah. Tetapi, semenjak saat itu saya tidak terlalu berharap teman-teman mengingat ulang tahun saya.

Akhirnya, hari ulang tahun beralih fungsi menjadi hari deadline, --walaupun sebenarnya setahun setelah itu adalah salah satu hari ulang tahun paling keren yang aku punya, terima kasih gaes--. Setiap tahun saya punya berbagai target yg kecil-besarnya ya relatif —rata-rata kecil alias sepele— dan deadline target itu selalu di tanggal 30 Oktober. Saking sepelenya, pernah hari itu cuma kujadikan deadline untuk masa pertemanan dengan seorang manusia dari masa lampau. Kalau sampai hari itu saya dan beliau hanya sama sama menjadi toxic person for each other. Ya sudah, mulai tanggal 31 nya mungkin status pertemanan “dinonaktifkan”, saya harus berhenti berharap dan membatasi diri sebagai orang asing baru. I dont mind it. People come and go and thats normal, bukan berarti bermusuhan atau saling benci, big no! hanya saja jika dengan saling diam kita bisa menjadi lebih nyaman dengan kehidupan yang penuh drama ini, kenapa harus memaksakan pertemanan? Dan saya tidak menyanggah bahwa saya pun bisa menjadi toxic person buat seseorang, entahlah. Kita gak akan pernah bisa jadi baik di mata semua orang, kan? Btw saya yakin betul beliau tidak akan membaca ini jadi its okay its not you. Apasih -_- jadi kemana-kemana.

Tahun ini, 30 Oktober yang kubayangkan sejak awal tahun adalah: saya selesai study D4 dan wisuda dengan damai, rebahan di kursi sofa sambil minum kopi dan makan roti bakar Mang Utis, mengingat masa-masa riweuh tingkat akhir. Sesederhana itu, sederhana namun penuh drama.

Berikut daftar drama telenovela:

LAPORAN KP
TUGAS AKHIR
MASA DEPAN (?)

Nah, semenjak kepala saya mulai terisi kegalauan tingkat akhir, setiap ada batu gerinjul alias hambatan, saya jadi ingat: Tenang sis nanti tanggal 30 Oktober semua ini pasti sudah terlewati. DAN INGAT, jam enggak mungkin berhenti; rotasi Bumi enggak mungkin macet; mau saya bisa atau tidak, hari itu pasti akan datang. Tenang, calm down, stay cool. Selesaikan semua sedikit demi sedikit, lama lama akan jadi juga. Semua orang bisa, kenapa saya bisa? Ralat, kenapa saya tidak? Bayangkan diri ini rebahan di tanggal 30 oktober nanti bersama roti bakar –wajib ada roti bakar-- dan mengingat bahwa semua gerinjul telah saya lewati. It’s work bruh. Motivasi itu kan kita yg bikin ya suka suka lah.

Musim Laporan Kerja Praktik (KP)

Teman-teman seangkatan saya yang berpengalaman —selanjutnya kita sebut D3– selalu berkata kalau laporan KP pasti beres dan itu mah enteng dibandingkan dengan Tugas Akhir. Siap-siap kalimat klise datang: Semua orang punya situasi yang berbeda, walaupun permasalahan sama. Maksudnya? Ya maksudnya enteng buat kau belum tentu enteng buat Ferguso, anak muda.

Dan waktu ngerjain laporan KP, saya sempat cireumbay sendiri dan berpikir bisakah diri ini wisuda bareng yang lain? Ketawain aja kalo mau, mumpung gratis. Tapi, motivasi hari deadline dan motivasi D3 yang “pasti beres kok” ternyata mujarab juga. Tekanan belajar di kampus dengan jadwal yang sudah dipaket tok tok cer dor kalau katanya harus beres tanggal sekian ya harus beres, mendukung saya untuk mengusir hal-hal lain yang mengganggu, dan juga untuk melawan rasa malas.

Nah, malas. Salah satu mahasiswi D3 yg bijak berkata: “Ngerjain laporan atau tugas akhir itu sebenernya ga susah, yang susah itu lawan malesnya.” - bule. Pertama dengar, me be like: hah??! Masa sih? pasti enggak akan males lah kan dikejar deadline dari jurusan dan dorongan pengen lulus juga.

Dan terjadi lagi, kisah lama yang terulang kembali~ kalian luar biaza~

Nyatanya betul! Yang susah adalah lawan malasnya. Saya tuh ya kalau mendengar kalimat yang unik atau menarik itu selalu terngiang sampai kapan pun walaupun pelupa parah. Dan kalimat bijak yang satu itu pun selalu terngiang setiap saya malas. Damn.

Musim Tugas Akhir (TA)

Tugas akhir, memang sih lebih pusing dari laporan KP. Tetapiii kali ini saya tidak sampai cireumbay ya. Ini yang disebut situasi berbeda walaupun permasalahan sama. Mungkin situasi saya waktu mengerjakan TA itu lebih baik daripada situasi saya waktu mengerjakan laporan KP. Tahu kan? Setiap manusia punya sisi yang tidak terlihat. So, don’t judge people!

Selama musim laporan KP dan Tugas Akhir yang berbulan bulan itu, memang melawan rasa malas adalah salah satu yang tersulit. Saudara tidak percaya? Ok lihat saja nanti. Tapi kalau misalkan ini tidak berlaku buat Saudara, mungkin kita memang berbeda spesies jadi mari kita saling menghargai. Rasa malas mengerjakan ini bukan hanya saya saja yang terjangkit, tetapi teman-teman saya juga. Jadi ini cukup umum, mungkin. Tapi, ya, tapi, setelah saya pikir kembali sebenarnya rasa malas ini adalah jenis makir, malas mikir. Kesulitan untuk berpikir, mencari ide, menganalisis, itu mendorong kita, saya, untuk menghindar. Bahkan saya dan teman-teman terkadang untuk membuka laptop pun sudah tidak ingin, karena mau mengerjakan ya keburu “serem” dengan langkah berikutnya, yaitu mikir. Mau buka laptop untuk nonton film atau drama, tidak bisa, karena rasa bersalah akan mengiringi kita di setiap menit percakapan tokoh utama “kenapa malah nonton drama sih” gitu kata otak.

Tapi, kalau kita sudah mulai membaca penelitian orang lain, jurnal, dan lain-lain, ide itu akan bermunculan dan kita bisa menilai jurnal apa yang membuat kita betah untuk membacanya dan mana yang tidak. Ditambah juga dengan ketertarikan kita di suatu bidang, walaupun mungkin ada yang salah jurusan dan tidak ada satu mata kuliah pun yang disenangi, yakinlah ada secuil feeling yang mengarahkan kita. Kalau feeling pun tidak punya, ya sudahlah, mana saja yang kira-kira dosen pembimbing akan klop dengan kita, supaya ‘walaupun gak suka matkulnya, tapi betah sama dosennya’. Kenapa kemana-mana lagi sih -_- yee kan itu sholusyi.

Dengan begitu, mood pun akan datang dengan sendirinya, mood adalah kekuatan tak terlihat yang luar biasa mantabnya. Kalau saya lagi mood, duduk di depan laptop mengerjakan dari pagi hingga sore, sore hingga subuh pun bisa. Apalagi kalian pasti jauh lebih hebat. Tapi kan setiap spesies berbeda ya, bagaimana nyamannya saja.

Hari ini, matahari 30 Oktober sudah muncul di ufuk timur dan pamit kembali di arah sebaliknya. Saya mengingat semua ini dengan rasa yang sedikit senang. Kenapa sedikit? Karena kekhawatiran di depan mulai menyelimuti. Tetapi, selesai menulis ini saya akan berusaha untuk merasakan senang saja, karena hari ini untuk hari ini sedangkan besok ada jatah perasaannya sendiri. Oh iya, saya berhasil rebahan setelah makan nasi kuning buatan Mama dan Bi Ika, sayang sekali, Mang Utis tidak hadir dengan gerobaknya jadi saya masih harus menunggu roti bakar esok hari.

Jangan lupa bahagia! Dan jangan lupa bahagiamu adalah tanggung jawabmu sendiri.

Lalu masa depan, mau kerja atau kuliah? Atau bisnis? Next lah udah panjang banget ini, keriting jari kaki saya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management
Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/tips-cara-supaya-artikel-blog-tidak.html#ixzz2bicjTJxj